Gerhana untuk Bulan part 3

Assalamu'alaikum, teman. Apa kabarmu? Senang ya, kalau blog-nya banyak pengunjung. Hehehe .... Nah, aku di sini mau nge-next cerbung aku Gerhana untuk Bulan. Yukk, kita baca!

Sebelumnya: Part 2

"Iya, Kak Karin?" Bulan menoleh ke gadis berusia empat belas tahun itu. Karin dan dua sepupunya yang lain, yang sebaya nampak ingin bercerita.
"Tahu tidak, sebenarnya ...." Karin menarik napas sebentar.

"Cerita saja, Kak!" ucap Bulan tak sabar. Dia berharap, Karin mengatakan sesuatu tentang 'adik'-nya.

"Kamu itu punya Adik kan? Tapi sudah meninggal," lanjut Karin.

"Ya, memang. Ada yang lain?" tanya Bulan.

"Ohh tidak ada. Sudah ya, kami masuk dulu. Dah!"

Mereka bertiga berlari meninggalkan Bulan sendiri di halaman. Bulan pun menarik napas dan masuk ke dalam rumah Paman Dion. Dia tidak menyadari bahwa Tante Yana (yang baru saja datang) memanggil ke dalam. Acara sudah hampir dimulai. Bunda Lena membawa masuk kue tart manis yang berwarna cokelat. Di kue tart tersebut terdapat sebuah rumah cokelat dan dua orang gadis manis di depannya. Serta ada tulisan 'Happy Birthday, Lena'.

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan .... Selamat ulang tahun, kita 'kan doakan .... Selamat sejahtera, sehat, sentosa .... Selamat panjang umur dan bahagiaaa ...."

Semua bernyanyi. Pesta kecil itu semakin harmonis ketika anak-anak perang cokelat. Hampir semua anak belepotan cokelat. Bulan dan lainnya tertawa-tawa.

"Aww, awas Ron! Hahaha ...," Bulan memeperingati Roni yang kemudian terkena colekan dari Caca.

"Ahahaha .... Kasihan deh lu!" Caca menjulurkan lidahnya.

"Grrr ... awas kamu!" Roni bercanda saja lho!

Sementara itu orangtua mereka hanya geleng-geleng kepala dan tertawa melihat tingkah manis mereka. Mengingatkan pada masa kecil ....

***
Malam harinya ....

"Fiuuh, akhirnya selesai juga mendirikan tenda dome-nya!" Lena mengelap peluh di dahinya.

"Sebagian memilih tidur di dalam rumah dan sebagian lagi di tenda. Berapa tenda yang sudah kita buat?" tanya Jessy.

"Luamayan banyak sih. Empat tenda," jawab Bulan. "Satu tenda 3 orang. Kalau masih ada tenda yang tersisa ... untuk tas saja."

"Aha! I'm agree," sahut Karin.

"Yuk kita tidur! Aku lelah sekali," ajak Roni.

"Ya, kalian duluan saja. Aku ingin melihat bintang. Jarang-jarang aku melihat suasana seperti ini," Bulan menatap langin. Cliiing ... sebuah bintang berkedip.

"Oh oh! Kalau begitu aku akan menemani Bulan!" tawar Lena. Bulan tersenyum. Semua masuk ke tendanya, sementara Bulan dan Lena duduk di rerumputan. Bulan tersenyum menatap langit. Lena melirik wajahnya sekilas.

"Hey, Bulan ..., pernahkan terpikir olehmu, kalau sebenarnya kita ini benar-benar memiliki Adik yang masih hidup tapi entah di mana?" tanya Lena.

"Ya, pernah. Sering," ucap Bulan. "Tapi aku selalu merasa firasatku ini selalu benar, nggak salah. Hanya saja, aku tak tahu cara memastikannya."

Lena mengangguk. Tak lama, kantuk menyerang mereka. Mereka berdua pun masuk ke tenda. Mereka berdua setenda dengan Caca. Bulan menutup matanya. Kini ia kembali bermimpi. Namun, seorang gadis dengan rambut dikepang ke belakang, yang wajahnya ceria menghampirinya.

"Hai Kak Bulan! Kenalin, aku Gerhana," sapa anak itu.

"Aku Bulan," Bulan menjawab dengan ramah.

"Ayo Kak, kita main ke istana aku!" Gerhana menarik tangan Bulan ke sebuah istana.

"Whooaaa, ini istana kamu, Gerhana? Cantiknya," puji Bulan.

"Iya dong Kak!" Gerhana pun mengajak Bulan bermain.

Bulan bermain bersama Gerhana hingga sore hari. Gerhana berdiri, Bulan heran, "ada apa Gerhana?"

"Kak, sudah waktunya aku pergi. Dahh!" Gerhana masuk ke dalam istana. Bulan mengejarnya. Tapi istana itu justru semakin menjauh dan menjauh .... PLUKK ...!!

Bulan terbangun. Ia tersadar. Ia melirik jam tangan digital berwarna putihnya, pukul 02.30 pagi. Di sampingnya, Caca dan Lena masih tertidur nyenyak. Air mata Bulan menetes. Dia menangis tapi berusaha agar tidak berisik.

"Hiks, semua menganggap aku tak mungkin punya Adik. Tapi aku tahu, Adikku tenang di sana," lirih Bulan. Dia kembali menjatuhkan tubuhnya ke tikar. Ia ingin kembali tidur. Sambil meneteskan air mata, ia bergumam. 

"I will miss you, Sister ..."

~Fin~

Aduhh ... Bulan nangis. Kita tunggu aja ya, kelanjutannya!

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Bebek

Tentang Lagu; Sesuatu di Jogja

Jalan-Jalan Bersama Kelas VI Min Jejeran