Krisis Air

pict. by Pena Aufa


Anyeong juseo (selamat malam) .... Iya, aku nulisin ini waktu malam hari. Kembali lagi nih sama aku yang cool pasti (duh, kebanyakan gaya, coret aja deh). Aku mau cerita tentang kisahku lagi sama kamu. Iya kamu, yang beauty, or handsome, atau cantik, atau tampan. Kisah ini aku alami beberapa hari yang lalu. Nggg, kira-kira sih Rabu, 14 Oktober 2015.

Siang itu, aku dan teman-temanku pergi ke aula putri di sekolah untuk shalat Dzuhur berjama'ah. sesampainya disana, kami meletakkan mukena. Oh, ternyata airnya habis! Enggak ada satu keranpun keluar air! Akhirnya, aku, Rahma, Dhifah, Nanda, dan Rifka mengembara (waduhh bahasanya) mencari air. Karena program di SMP yang kutempati ini ada boarding and fullday, so kami berlima mencari air di kamar mandi asrama. Tapi, begitu aku dan Rahma mengecek kamar mandi asrama lantai dua, Nanda, Dhifah, dan Rifka balik ke aula. Ya Syugalah, aku dan Rahma kembali naik turun dari asrama sampai kamar mandi di kelas-kelas.

Hhh, aku udah lelah banget waktu itu. Karena tanpa hasil, akhirnya kami kembali mengecek kamar mandi di aula. Sekarang, aku dan Rahma (btw, Dhifah, Nanda, sama Rifka enggak tahu pergi kemana) mengecek tiga kamar mandi di depan kami. Aku dan Rahma menyalakan keran (walaupun tahu airnya enggak keluar) di kamar mandi kanan dan tengah. Aku dan Rahma terus mondar-mandir enggak jelas di depan dua kamar mandi 'harapan' itu. Saat aku dan Rahma mengecek kamar mandi kanan, tiba-tiba, tebak?

Aku tersentak dan langsung melihat ke kamar mandi tengah. Keran di sana mengeluarkan air yang ... banyak! Aku dan Rahma menjerit-jerit kesenangan. Kamu tahu? Aku saat itu berpikir, akulah penemu air!!! Akhirnya, aku duluan yang wudhu. Lalu Rahma. Setelah mematikan keran air, kami kembali ke teman-teman kami yang malah mengobrol dan don't care sama air krisis. Aku kembali dalam keadaan segar, habis wudhu.

"Dapet air?" tanya Hana.

"Wuahhh, dapet banyak banget ya Rah?" kataku pada Rahma senaaang sekali. 

"Untung kita jalan-jalan enggak jelas," kata Rahma sambil tertawa.

"Di mana e?" tanya Aurell.

"Sini, aku tunjukin!" ajakku. Aku pun menunjukkan keran air yang menyalakan air sangat deras tadi. Teman-teman terdekatku itu pun segera berwudhu bergantian.

Aku dan Rahma mengobrol sambil mengenakan mukena. "Terus gimana ya, keadaannya si Dhifah, Nanda, sama Rifka? Mereka kemana sih?" tanyaku.

"Haha, enggak tahu," jawab Rahma yang masih senyum-senyum.

Ternyata Dhifah, Nanda, dan Rifka juga dapat air di kamar mandi kelas VIII. Wah, wah, benar-benar perjuangan hanya untuk mendapatkan satu tetes air ....

Nah, daripada kita menunggu air habis, lebih baik kan kalau kita hemat mulai dari sekarang? Gimana caranya?? Sebenarnya kita hanya cukup memakai air sesuai kebutuhan kita. Simpel saja! Walaupun sulit, kalau mau mencoba, pasti mudah. Jangan berlebihan, ingat, Allah SWT itu enggak suka yang berlebihan. Saat mandi juga gunakan air secukupnya, jangan malah untuk bermain-main. Jangan lupa juga, tanam pohon! Sekarang banyak daerah yang belum mendapat hujan, seperti di daerahku, padahal ini bulan Oktober. Bagaimana di daerahmu? Sudah musim penghujan, atau belum? Sudah dulu ya, segini aja cukup. Hanya berbagi sedikit kisah!

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Bebek

Tentang Lagu; Sesuatu di Jogja

Jalan-Jalan Bersama Kelas VI Min Jejeran