Tentang Lagu; Sesuatu di Jogja


Ia sampai pada kunci terakhir. Genjrengan itu berakhir dengan mulus. Senyumnya terulum lebar seiring lirik lagu ia habiskan.

"Ah, leganya ...."

Lima menit yang lalu, gadis itu sedang dalam fase lelah. Lelah pada tugas, lelah pada urusan-urusan penting yang kian bertambah menjadi beban saja.
Maka ia meletakkan penanya, mematikan layar laptopnya. Sejenak terdiam.

Gitar cokelat di pojok ruangan itu sudah berdebu. Menunggu untuk disentuh, tapi gadisnya selalu sibuk hingga acuh. Hari itu, Tuhan mengabulkan doanya sampai pada hati si gadis. Gadis itu melirik, kemudian meraih dan menyetem ulang tiap senar.

Sang gitar milik si gadis seutuhnya malam ini. Gadis itu memangkunya, mulai berpikir musik apa yang akan ia mainkan tapi pikirannya tak pernah jauh dari lelaki itu.

Lelaki yang pernah menjadi bagian dari kisah kasihnya.

Sebuah lagu terlintas. Lagu yang pernah diberikan lelaki itu padanya di suatu ujung malam ketika mengucap rindu masih begitu mudah.

Si Gadis berdehem malu, seolah lelaki itu ada di hadapannya. Ia menekan satu kunci dan berdecih. Tentu saja jemarinya kesakitan. Dua bulan lalu adalah terakhir kali ia melakukan ini.

Ia mencoba lagi, dan mencoba dan meneruskan lagunya.

"Dan Jakarta muram kehilanganmu," senandung kecil terdengar mengisi ruang, "Terang lampu kota ... tak lagi sama ..."

Hatinya menghangat, merasakan rindu mengisi tiap rongga dadanya.

Sudahkah kisah mereka usai? Sejatinya ia tak punya jawaban karena mereka berpisah karena mimpi.
Masing-masing memiliki mimpinya dan mereka mencintai mimpi-mimpi itu lebih dari apapun, lebih dari siapapun. Sama-sama berharap akan segera menggenggamnya.

"Aku pergi," kata lelaki itu, "Bolehkah?"
Gadis itu mengangguk tanpa berpikir lagi, "Ya. Aku juga akan pergi."

Mereka pergi bukan karena keadaan, tapi karena memang menginginkan. Dua hati itu, masih terlalu muda. Begitu banyak mimpi, dan cita, yang ingin dicapai. Maka mereka tahu, mereka harus pergi.

Sesuatu di Jogja.
Jogja memang selalu istimewa, ungkap lelaki itu, dan kamu membuatnya lebih berharga.

Andaikan ada lagu tentang Bandung selain Bandung Lautan Api, mungkin aku akan membalas gombalan recehmu, tukas si gadis.

Dan mereka saling bertukar tawa.

Gadis itu menyelesaikan lagunya, tersenyum kembali. Beban-beban itu dirasanya lepas, seolah ia baru saja mengobrol dengan lelaki itu seperti dulu kala ia merasa lelah.

Gitar cokelat kembali diletakkan di sudut ruang, bersandar menunggu waktunya datang lagi. Jikalau benda bisa berucap, kita akan tahu betapa bahagianya gitar itu menjadi perantara rindu gadisnya.

Gadis itu duduk kembali, meraih penanya, siap menghadapi urusan yang tak akan melelahkan lagi buatnya. Setidaknya ia ingin segera mencapai impiannya. Setelah itu, ia akan bertemu lelaki itu lagi kan??



A.N. Yogyakarta, 23 November 2020,
di tengah Pandemi.
Lagu Sesuatu di Jogja milik Adithia Sofyan ini begitu cantik! Menginspirasiku di tengah kepenatan memikirkan jadwal ujian yang akan datang.

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Bebek

Jalan-Jalan Bersama Kelas VI Min Jejeran